JEBRET!! MAHLUK ITU BERNAMA SABLON.
Sablon???
Tehnik cetak sablon, sebenarnya sudah lama dikenal khususnya di daerah
Asia, namun menurut data yang penulis temukan...kita dapat melacak kelahiran
sablon dimulai seperti yang sudah penulis sarikan dari berbagai sumber, sebagai
berikut:
"Dahulu, ada seorang
Jepang yang bernama: Yuzenzai Miyasaki
pada tahun 1654-1736, kemudian pada tahun 1822-1890 masih orang Jepang juga yang bernama Zikukeo Hirose memperkenalkan dan menggunakan
tehnik cetak sablon. Pada awalnya cetak sablon dikembangkan untuk kebutuhan
pencetakan kimono yang merupakan pakaian khas Jepang, karena ketika kimono ditulis dengan tangan menjadi sangat mahal harganya.
Maka untuk mempermudah
dan menekan biaya produksi, maka proses pencetakan Kimono menggunakan tehnik
sablon ini.
Seiring waktu yang berjalan,
tehnik cetak sablon berkembang dari negeri matahari terbit hingga ke daratan
Eropa pada tahun 1851-1862. Penulis tidak menemukan data sejarah yang dapat
menjelaskan perjalanan tehnik sablon dari Jepang hingga tiba ke daratan Eropa. Pada tahun 1868 Joseph Swan mendirikan atau
menemukan produk autotype. Kondisi sosial politik di Eropa pada umumnya pada
akhir abad 18 dan dipermulaan abad 19, sedang terjadi Revolusi Industri.
Di era
inilah, dengan semangat industri, sablon mendapat modifikasi yang sangat
mempercepat perkembangannya. Dengan banyaknya penemuan-penemuan dalam bidang
ilmu pengetahuan, sablon tak luput dari sentuhan tersebut. Pada tanggal 11 Juli
1907 Samuel Simmon yang berkebangsaan Inggris mendapatkan hak patentnya untuk
teknik cetak sablon.
Tahun 1914 hingga 1918, dunia goncang karena
terjadinya Perang Dunia I. Peta politik dan ekonomi mau tidak mau terjadi
pergeseran yang signifikan. Eropa yang pada awalnya menjadi kiblat segala hal
mulai tergeser, akibat efek Perang Dunia I yang telah memporakporandakan
berbagai sendi. Maka pada 19 inilah, Amerika mulai menunjukan kekuatan
magnetnya dalam bidang Industri dan Ekonomi. Maka penulis berasumsi, akibat
terjadinya perubahan kiblat Industri dan Ekonomi inilah, sablon akhirnya
jalan-jalan hingga tiba di Amerika. Sablon tiba dengan selamat di Amerika,
sehingga pada tahun 1924 pertama kalinya proses cetak sablon dilakukan di atas
bahan tekstil dan kemudian pada tahun 1946 MC Kornick dan Penney menemukan
mesin cetak sablon. Akibat dari penemuan mesin cetak sablon inilah, Industri
sablon mengalami perkembangan yang signifikan, mulai dari hanya sebagai tehnik
cetak Kimono, kini sablon bermetamorfosis sebagai tehnik cetak pada hampir
segala medium berbahan tekstil.
Perkawinan tehnik sablon dan
seni design memang sudah dari awal penemuannya sangat dekat bahkan boleh
dikatakan intim. Adalah seorang yang
bernama Andy Warhol, seorang berkewarganegaraan Amerika Serikat yang kembali mempopulerkan
tehnik Sablon ini untuk kebutuhan Seni.
Karya monumental Andy Warhol ini adalah
pembuatan gambar Marlyn Monroe yang menggunakan tehnik pewarnaan dengan banyak
Warna pada tahun 1962.
Bahkan jauh sebelum Andy Warhol, sebenarnya ada sebuah gerakan yang
membuat garis dikotomi; antara tehnik sablon guna kepentingan Industri komersil
dan penggunakan tehnik sablon sebagai pencapaian karya seni. Tepatnya pada
1930, didirikanlah sebuah Perkumpulan Serigrafi Nasional yang dalam bahasa Inggris
disebut sebagai National Serigraphic Society, yang merupakan awal dikenalnya
nama Serigrafi pada Penggunaan istilah Serigrafi sendiri berasal dari bahasa
Latin, yaitu “Seri” (sutra), dan bahasa Yunani “graphein” (menulis atau
menggambar). Karena namanya inilah, maka tehnik sablon dikenal dengan istilah Silk Screen Printing.
Seorang wirausahawan,
seniman, sekaligus investor dari Amerika bernama Michael Vasilantone,
mengembangkan suatu mesin penyablonan untuk lebih dari satu warna serta
mematenkannya pada tahun 1960. Mesin penyablonan tersebut diproduksi untuk
mencetak logo dan tulisan – tulisan pengenal untuk baju – baju pada klub
bowling, tetapi pada akhirnya lebih diarahkan sebagai suatu solusi baru dalam
mencetak sablon kaos. Paten yang diajukan oleh Vasilantone, tanpa membutuhkan
waktu yang lama, akhirnya dikabulkan oleh berbagai pengusaha."
Sablon yang berkewarganegaraan Indonesia???
Indonesia, yang baru menamakan dirinya sekaligus mendeklarasikanya kepada
dunia pada tahun 1945; tak luput dari persinggahan sablon. Istilah sablon di
Indonesia yang jauh berbeda dengan istilah aslinya, yaitu Silk Screen Printing dapat penulis lacak dari dari data yang ditemukan
adalah penyerapan secara membabibuta dari istilah bahasa Belanda, yakni Schablon.
Namun ketika penulis, mencari kata Schablon dalam kamus bahasa Belanda di
internet tidak menemukan artinya dalam Bahasa Indonesia. Penulis hanya
menemukan kata Sjabloon yang artinya
Contoh. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata sablon didefinisiskan sebagai
pola berdesain yang dapat dilukis berdasarkan contoh Namun kata Schablon merujuk pada pengertian sebuah
istilah dalan dunia cetak yang berarti Cetak Tembus. Mungkin dari simpul inilah
maka kata sablon mulai dikenal di Indonesia sebagai salah satu tehnik cetak.
Ehem, jadi Cetak Sablon....??
Cetak sablon merupakan proses stensil untuk memindahkan suatu citra ke atas
berbagai jenis media atau bahan cetak seperti : kertas, kayu, metal, kaca,
kain, plastik, kulit, dan lain-lain. Wujud yang paling sederhana dari stensil
terbuat dari bahan kertas atau logam yang dilubangi untuk mereproduksi atau
menghasilkan kembali gambar maupun hasil dari suatu rancangan desain. Stensil
tersebut selanjutnya merupakan gambaran negatif dari gambar asli atau original
dimana detail-detail gambar yang direproduksi memiliki tingkat keterbatasan
terutama bila mereproduksi detail-detail yang halus. Pada teknik cetak sablon
acuan yang berupa stensil dapat juga melalui tahapan fotografi, yang pada
umumnya dikenal dengan istilah film hand cut.Film photographi dan emulsi
stensil direkatkan ke atas alat penyaring (screen) yang dibentangkan pada
sebuah bingkai yang terbuat dari bahan kayu maupun logam yang berfungsi sebagai
pemegang bagian dari suatu desain, dan harus mampu menahan bagian yang
digunakan selama proses penyablonan berlangsung. Adakalanya para perancang
grafis melakukan tahapan desain secara langsung pada permukaan alat penyaring
dengan bahan yang disebut “tusche” dan kemudian menutup eseluruhan sablonan
dengan lem. Tusche selanjutnya dicuci dengan bahan pelarut agar diperoleh
bagian yang dapat mengalirkan tinta pada permukaan alat penyaring.
maka nanti kita akan lebih sering membicarakan sablon dan kawan-kawannya (semoga kuping doi ga panas)
Purwo Sasmito
(disarikan dari berbagai bahan)
www.republiksablon.com